Situs Karangkamulyan adalah sebuah situs purbakala bersejarah dan situs arkeologi yang terletak di Desa Karangkamulyan, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, Indonesia. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman Kerajaan Galuh yang bercorak Hindu-Buddha. Di sana terdapat gong perdamaian dunia, dan di dalam situs karangkamulyan terdapat beberapa tempat bersejarah seperti berikut ini :
Situs Karangkamulyan |
Sanghyang Bedil
Tempat yang disebut "Sanghyang Bedil" merupakan suatu ruangan yang dikelilingi tembok berukuran 6.20 x 6 meter. Tinggi tembok kurang lebih 80 cm. Pintu menghadap ke arah utara, di depan pintu masuk terdapat struktur batu yang berfungsi sebagai sekat (schutsel). Di dalam ruangan ini terdapat dua buah menhir yang terletak di atas tanah, masing-masing berukuran 60 x 40 cm dan 20 x 8 cm. Bentuknya memperlihatkan tradisi megalitik. Menurut masyarakat sekitar, "Sanghyang Bedil" dapat dijadikan pertanda datangnya suatu kejadian, terutama apabila di tempat itu berbunyi suatu letusan, namun sekarang pertanda itu sudah tidak ada lagi.
Penyabungan Ayam
Tempat ini terletak di sebelah selatan dari lokasi "Sanghyang Bedil", kira-kira 5 meter jaraknya, dari pintu masuk yakni berupa ruang terbuka yang letaknya lebih rendah. Masyarakat sekitar situs menganggap tempat ini merupakan tempat sabung ayam Ciung Wanara dan ayam raja. Di samping itu merupakan tempat khusus untuk memlih raja yang dilakukan dengan sistem demokrasi.
Lambang Peribadatan
Batu yang disebut sebagai "Lambang Peribadatan" merupakan sebagian dari kemuncak, tetapi ada juga yang menyebutnya sebagai fragmen candi, masyarakat menyebutnya sebagai stupa. Bentuknya indah dihiasi oleh pahatan-pahatan sederhana yang merupakan peninggalan Hindu. Letak batu ini berada di dalam struktur tembok yang berukuran 3 x 3 m, tinggi 60 cm. Batu kemuncak ini ditemukan 50 m ke arah timur dari lokasi sekarang. Di tempat ini terdapat dua unsur budaya yang berlainan yaitu adanya kemuncak dan struktur tembok. Struktur tembok yang tersusun rapi menunjukkan lapisan budaya megalitik, sedangkan kemuncak merupakan peninggalan agama Hindu.
Panyandaran
Terdiri atas sebuah menhir dan dolmen, letaknya dikelilingi oleh batu bersusun yang merupakan struktur tembok. Menhir berukuran tinggi 120 cm, lebar 70 cm, sedangkan dolmen berukuran 120 x 32 cm. Menurut cerita, tempat ini merupakan tempat kelahiran Ciung Wanara. Di tempat itulah Ciung Wanara dilahirkan oleh Dewi Naganingrum yang kemudian bayi itu dibuang dan dihanyutkan ke sungai Citanduy. Setelah melahirkan Dewi Naganingrum bersandar di tempat itu selama empat puluh hari dengan maksud untuk memulihkan kesehatannya setelah melahirkan.
Cikahuripan
Di lokasi "Cikahuripan" tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan sebuah sumur yang letaknya dekat dengan pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Ci Tanduy dan sungai Ci Muntur. Sumur ini disebut "Cikahuripan" karena dianggap berisi air kehidupan (dimana air dipercaya sebagai lambang kehidupan). Sumur ini merupakan sumur abadi karena airnya tidak pernah kering sepanjang tahun.
Makam Adipati Panaekan
Di lokasi Makam Adipati Panaekan ini tidak terdapat tanda-tanda adanya peninggalan arkeologis. Tetapi merupakan batu yang berbentuk lingkaran bersusun tiga, yakni merupakan susunan batu kali. Dipati Panaekan adalah raja Galuh Gara Tengah yang berpusat di Cineam dan mendapat gelar Adipati dari Sultan Agung Raja Mataram.